Menengok Budaya Suran di Tutup Ngisor



Sesajen Upacara Ritual Suran


    Pagi ini langit sangat cerah,  bewarna biru, dengan kombinasi awan awan putih yang menghiasi. Rasanya semesta mendukung perjalananku menuju ke Desa Wisata , Dusun Tutup Ngisor, Sumber, Dukun, Magelang. Ini adalah perjalananku yang pertama mengunjungi Desa Wisata Seni Budaya. Tujuan utamanya adalah untuk melihat secara langsung rangkaian kegiatan yang diadakan oleh Padhepokan Seni Tjipta Boedaya  dalam rangka memperingati Suran ke 80. Peringatan Suran ke 80 ini mengangkat tema Ngudi Tumuruning Karahayon. Perjalanan pagi ini hanya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dari Kota Yogyakarta. Sesampainya di Tutup Ngisor, aku langsung menuju ke rumah salah satu warga untuk menumpang tinggal selama 2 hari kedepan. Oh ya, masyarakat di Tutup Ngisor ini sudah terbiasa menerima tamu untuk live in di Dusun mereka.

         
       Setelah beristirahat sejenak, dan menikmati jamuan dari pemilik rumah. Aku memulai perjalananku yang sesunggunya. Aku pergi menuju ke Padhepokan Seni Tjipta Boedaya. Disini banyak sekali ibu-ibu yang sedang memasak, menyiapkan makanan untuk acara Suran ini. Konon katanya setiap peringatan Suran sudah wajib bagi masyarakat Tutup Ngisor untuk menyiapkan makanan bagi para tamu. Jadi sobat wisata jangan takut kelaparan kalau sedang berkunjung ke Dusun Tutup Ngisor. Setelah beramah tamah dengan keluarga besar Padhepokan dan menawarkan diri untuk ikut membantu kegiatan yang ada disini, aku diberikan kesempatan untuk membantu menyiapkan sesajen untuk para leluhur. Kesempatan yang menurutku sangat luar biasa sekali dan mungkin tidak akan terulang kedua atau ketiga kalinya. Disini aku berkenalan dengan Ibu Sulastri, seseorang yang mendapatkan bagian untuk menyiapkan sesajen setiap ada kegiatan di Padhepokan Tutup Ngisor. Beliaulah yang memberikan arahan apa yang harus aku persiapkan. Sesajen ini nantinya akan diletakkan di bebrapa tempat khusus di Tutup Ngisor seperti dipetilasan, di makam, dibatas terluar desa, di sumber air dan tempat khusus lainnya. Sesajen terdiri dari tumpeng beserta lauk pauknya, kemudian ada nasi warna-warni, pala pendem, buah-buahan,  hasil pertanian, hasil ternak, bunga mawar, dan 18 macam jenis minuman. Setelah semua sesajaen siap, sesajen sesajen inipun siap diletakkan ketempat tempat khusus tadi.

Senja Di Langit Tutup Ngisor
    Tidak terasa, hari sudah beranjak sore dan persiapan untuk sesajen pun sudah selesai. Acara selanjutnya akan dimulai pukul 19.00 WIB, dan aku pun menggunakan kesempatan waktu kosong ini untuk berkeliling dusun. Sore yang indah, dengan senja yang menjingga, bahkan sang surya pun sedikit terlambat pulang keperaduannya sore ini. Dia masih asyik memamerkan bentuk sempurnanya dihadapan ribuan makhluk di bumi ini. Membuat siapapun iri yang melihatnya. Semilir angin mengundang burung burung untuk turut serta menikmati keindahan alam sore ini. Namun semburat jingga di ufuk barat perlahan dengan pasti telah tergantikan oleh kegelapan malam. Akan tetapi malam ini langit tutup ngisor masih menawarkan keindahan yang luar biasa. Walaupun tanpa ditemani sang bintang tapi purnama malam ke 14 dengan sempurna mampu menerangi malam di langit tutup ngisor.

Pagelaran Wayang Sakral Lumbung Tugu Emas
    Selanjutnya adalah acara puncak upacara ritual Suran Dusun Tutup Ngisor, pada puncak acara ini dipentaskan tari Kembar Mayang dan wayang orang sakral dengan cerita Lumbung Tugu Mas. Tari sakral Kembang Mayang merupakan gambaran para bidadari turun dari kayangan dan memberikan penghiburan kepada petani untuk tetap teguh dan kuat serta keselamatan bertempat tingggal di kawasan Gunung Merapi. Istimewanya disini adalah para penari sebelum pementasan diwajibkan ziarah ke makam Romo Yoso Soedarmo yang merupakan pendiri Padhepokan Seni Tjipta Boedaya. Para penari juga harus dalam keadaan suci. Kembar Mayang memiliki arti kiasan yang mengandung harapan harapan dan cita-cita masa depan. Selanjutnya adalah pementasan wayang sakral Lumbung Tugu Emas, pementasan ini merupakan wujud doa syukur kepada Tuhan yang dilambangkan dengan Dewi Sri karena memberikan kesuburan atas tanah Merapi. Di dalam pementasan tersebut terdapat peristiwa kesenian yang menarik terutama pada adegan wejangan (nasehat). Lumbung Tugu Emas sendiri memiliki arti kemakmuran menimbulkan kekuatan untuk menghamba pada Tuhan Yang Maha Esa.
     Pagelaran wayang sakral ini berakhir sampai pagi hari sekitar pukul 02.00 WIB. Akan tetapi rangkaian peringatan Suran ke 80 belum berakhir sampai disini. Esok pagi masih akan ada berbagai kesenian yang akan bisa aku ceritakan. Tapi untuk hari pertama , cukup sekian dulu ya para sobat wisata. Selamat menunggu kisah perjalananku selanjutanya. Salam wisata !!

Komentar

Postingan Populer